Selasa, 22 April 2014

Protozoa


 Phyllum Protozoa

Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya relatif tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun ukuran dan bentuknya berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa persamaan. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
Pada beberapa protozoa di dalam nucleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang disebut nucleolus (karyosome). Jumlah nucleus ini ada yang satu atau lebih dari satu. Bagian dalam dari cytoplasma disebut endoplasma. Di dalam endoplasma ini terdapat nucleus, vakuola makanan, mitokondria. Bagian luar cytoplasma yang membungkus endoplasma disebut ektoplasma. Fungsi ektoplasma ini diduga sebagai alat gerak, untuk bernafas, membuang sisa-sisa metabolisme dan sebagai alat perlindungan diri.
Pada beberapa jenis protozoa di dalam cytoplasmanya terdapat “vakuola berdenyut” yang fungsinya sebagai tekanan osmotik sel. Pada bentuk vegetatifnya terdapat selaput tipis semipermeabel yang membungkus seluruh sel yang disebut membran plasma. Membran plasma ini berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat makanan, sebagai alat ekskresi, dan mengatur konsentrasi (kadar) zat di dalam sitoplasma.
Umumnya tidak memiliki dinding sel yang kuat, tetapi ada juga beberapa jenis yang sudah mampu menyusun cangkang (kerangka luar) yang terbentuk dari kapur atau kersik. Fosil-fosilnya ditemukan pada lapisan batuan dari zaman Kambrium, enam ratus juta tahun yang lalu. Dan banyak dijumpai orang ketika mengebor tanah untuk mencari sumber minyak bumi.
Pada beberapa jenis protozoa, misalnya amoeba, bentuk selnya berubah-ubah karena ada penonjolan atau pengerutan dari pseudopodia. Ada pula jenis protozoa yang mempunyai bentuk yang relatif tetap. Beberapa jenis protozoa jika dalam keadaan bahaya, dapat berubah dari bentuk vegetatifnya ke bentuk kista, dimana ia melindungi dirinya dengan “dinding sel” yang kuat, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk dari luar. “Dinding sel” ini dibuat oleh ectoplasma.
Protozoa ada yang dapat bergerak, ada yang tidak. Alat gerak protozoa dapat berupa pseudopodia (pada subphylum sarcodina) dan flagel (pada subphylum ciliata). Contoh protozoa yang tidak dapat bergerak, misalnya kelas Sporozoa.
Di dalam suatu komunitas protozoa bertindak sebagai konsumen, karena hidupnya bergantung pada zat-zat organik seperti bakteri, mikroorganisma yang lain atau sisa-sisanya. Tetapi pada tempat–tempat yang basah atau perairan Protozoa merupakan zooplankton.
JENIS SISTEM
SISTEM PROTOZOA
Otot-rangka
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
Pencernaan
Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.
Saraf
Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya dan perubahan suhu.
Sirkulasi
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi
Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui membran selnya.
Reproduksi
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Ekskresi
Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan membuang air.
Simetri
Protozoa biasanya asimetris.
Warna
Protozoa umumnya berwarna pucat.
Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Tetapi apabila keadaan lingkungan kurang menguntungkan, hewan tersebut akan mengatasinya dengan membungkus diri menjadi sista. Sama halnya dengan bakteri yang membentuk endospora.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut.
Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
Morfologi Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.
Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor.
Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.
Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual protozoa dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), tetapi pada Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara transversal. Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan. Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami.
Protozoa yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan schizogony secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat terjadi perkembangbiakan secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
Protozoa umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak atau terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 % dari volume sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia.
Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman.
Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.
Berbagai bentuk dan sifat protozoa
Protozoa merupakan hewan yang paling rendah derajatnya dan semua aktivitas dilaksanakan oleh protoplasma dalam sel tersebut. Protozoa memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
ü Hewan yang termasuk dalam filum protozoa umumnya bersel tunggal dengan ukuran yang bervariasi antara 3-1000 mikron, tetapi umumnya lebih kecil dari 1000 mikron.
ü Hewan protozoa dapat diketemukan di mana-mana asal cukup basah.
ü Pada lingkungan yang kurang menguntungkan ada protozoa yang mampu membentuk cysta (melindungi tubuh dengan lapisan CaCO3) sehingga dapat mepertahankan dirinya untuk dapat tetap hidup.
ü Kegiatan hidup dilakukan protoplasma sel tersebut, di dalam sel terdapat nukleus dan beberapa individu memiliki makronukleus dan mikronukleus, nukleolus, mithokondria dan vakuola. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan dan vakuola kontraktil (vakuola berdenyut) berperan memelihara tekanan osmosis dalam sel karena dengan denyutannya dapat mendistribusikan zat makanan ke seluruh bagian sel.
ü Reproduksi dapat secara seksual yaitu secara konjugasi dan secara aseksual dengan pembelahan dan pembentukan tunas.
ü Dinding sel disebut pelikel dan keadaannya kurang kuat sehingga bentuknya dapat berubah.
ü Nutrisi dari bahan organik dan dalam ekosistem perairan merupankan penyusun zooplankton bertindak sebagi konsumen.
ü Secara evolusi fosil protozoa diketemukan sebagai rangka kersik jadi merupakan hewan yang lebih tua daripada hewan yang memiliki rangka kapur.
Reproduksi
Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Reproduksi aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1 menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple fision) 1 (satu) menjadi beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.
Reproduksi protozoa yang penting dalam kaitannya dengan dunia kedokteran
Kelompok
Reproduksi Aseksual
Reproduksi Seksual
Genus
Phylum: Sarcomatigopora
Subphylum: Sarcodina
Pembelahan biner
Fusi gamet
Amoeba Entamoeba
Subphylum: Mastigophora
Pembelahan biner
-
Trysopoma Giardia Trichomonas
Phylum: Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Scizogony (pembelahan multiple)
Fusi gamet
Plasmodium Toxoplasma
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
Pembelahan transversal
konjugasi
Balantidium Paramaecium
A. Kelas Rhizopoda atau Sarcodina
Bergerak dengan kaki palsu (pseudopodia). Hidup di air laut, air tawar ataupun di tempat-tempat yang lembab yang mengandung bahan organik. Tetapi ada pula yang hidup sebagai parasit pada tubuh hewan atau manusia. Berkembangbiak dengan cara membelah diri.
Genus/Species Rhizopoda
1. Amoeba proteus
- Tubuhnya bersel tunggal, di dalamnya terdapat:
a. Nukleus, berperan dalam pengaturan aktivitas hidup.
b. Vakuola makanan, berperan dalam pencernaan makanan.
c. Vakuola kontraktil, berperan dalam memelihara tekanan osmosis sel.
d. Dinding sel atau plasmolemma dengan sitoplasma yang terdiri dari ektoplasma dan endoplasma.
- Hidup di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan air tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan.
- Berkembang biak dengan cara membelah diri.
2. Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)
- Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap
- Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)
- Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak menguntungkan.
Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari trophozoite (bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti), metatropozoite. Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60 mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron.
Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah) tidak mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air minum, tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12 hari.
Entamoeba histolytica menimbulkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Penularan kepada manusia terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari feses penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah terjadi karena orang tua yang menyediakan atau memasak makanan mengandung kistanya (penderita / carier).
Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica, perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan.
Di beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah tercemari feces, sehingga meningkatkan terjadinya penularan.
Wabah dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas, tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan mampat, tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.
Gejala penyakit
Berbeda dengan amoeba lainnya, Entamoeba histolytica dapat masuk ke dalam jaringan. Gejala penyakitnya sangat bervariasi bergantung pada beratnya infeksi dan tempat dimana infeksinya terjadi. Masa inkubasinya sukar ditentukan dan diperkirakan antara empat hari sampai satu tahun. namun ada pula orang yang terinfeksi amoeba selama bertahun-tahun tidak menunjukkan gejala (carier).
Gejala klasik dari disenti amoeba adalah sering buang air besar, fesenya sedikit-sedikit dengan lender dan darah, uang biasanya disertai rasa sakit perut (kram perut), dan biasanya tidak demam. Gejalanya bisa akut bisa juga tidak. Bila akut, sering kali disertai sakit kepala, nausea, demam tidak begitu tinggi, kram perut dan tenesmus.
Disentri akut, yang pengobatanya tidak sempurna, sering berkembang menjadi disentri kronis yang ditandai dengan berulang kalinya serangan akut berupa demam dan diarrhea dengan feces dan berdarah. Disentri kronis sering disertai dengan malnutrisi dan cachexia (kurus kering). Karena sifatnya yang bisa menembus jaringan dan dapat masuk ke dalam aliran darah, sering kali menimbulkan abscess amoeba di paru-paru, liver, otak atau kulit.
Bahan pemeriksaan laboratorium
Sampel untuk pemeriksaan laboratorium adalah feces atau material dari abscess. Sampel ini harus diperiksa dalam waktu 30 menit dari saat pengambilannya. Secara makroskopis feces harus diperhatikan gambaran keseluruhan, konsistensi dan baunya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi. Perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga, perbaikan cara pembuangan kotoran, dan larangan pemupukan tanaman dengan kotoran manusia.
Pencegahan kontaminasi makanan dan minuman, pemberantasan lalat dan kecoa, pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama tentang cara pembuangan kotoran yang baik dan cuci tangan setelah defekasi (buang air besar).
3. Entamoeba coli
- Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat parasit sehingga dapat menimbulkan penyakit diarrhea.
4. Arcella
- Tubuh memiliki rnagka luar zat tanduk (kitin)
- Hidup di air tawar.
5. Diflugia
- Tubuh memanjang, hidup di air tawar
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari pasir.
6. Foraminifera
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang mengandung endapan tersebut dinamakan “tanah Globigerina”
- Fosil Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki endapan rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk bahan penggosok.
B. Kelas Flagellata (Mastigophora)
Ø Bentuk tubuh lebih tetap walau tidak memiliki rangka luar tubuh
Ø Tubuh lengkapi dengan alat gerak flagel
Ø Tempat hidup di laut, air tawar, dan hidup parasit pada tubuh manusia atau hewan.
Ø Perkembangbiakan secara vegetatif dengan membelah diri.
Genus/Spesies Flagellata
1. Euglena
- Tubuh berupa sel tunggal, memiliki satu buah flagel dengan ukuran 30-60 mikron dan dekat dengan dasar bulu cambuk terdapat bintik mata yang berfungsi untuk membedakan gelap dan terang.
- Tubuh mengandung juga butir pyrenoid yaitu merupakan pusat pembentukan tepung/almilum.
- Tubuh mengandung krolopas, sehingga hewan ini bersifat hewan bila persediaan bahan organik mencukup; dan bersifat tumbuhan (mampu berfotosintesis bila bahan organik berkurang)
- Bersifat fototaksis positif, tetapi bila terkena sinar secara langsung akan menghindarinya.
- Reproduksi dengan cara pembelahan.
2. Trypanosoma
Protozoa yang hidup pada plasma darah hewan dan manusia jadi bersifat parasit
· Tubuh memanjang dengan nukleus di tengah berukuran relatif besar
· Flagel dihubungkan dengan tubuh oleh jaringan ikat yang disebut membrana undulans
Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit di dalam darah atau jaringan berbagai jenis vertebrata.
Genus Trypanosoma, bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip, letak intinya di tengah, kinetoplastnya di bagian posterior, mempunyai 1 flagel di bagian anterior dan memiliki membran undulate.
Trypanosoma menulari manusia melalui gigitan lalat penghisap darah atau melalui feces arthropoda yang mengotori luka gigitan arthropoda.
a. Trypanosoma yang merupakan parasit pada manusia
û Trypanosoma gambiense
ü Terdapat di Afrkika Tengah, hidup pada plasma darah dan menimbulkan penyakit yang bersifat kronis.
ü Vektornya (pembawa) yaitu lalat Glossina palpalis dan menyebabkan penyakit tidur.
Trypanosoae gambiense mempunyai 3 bentuk, yaitu panjang ramping berfagel, pendek gemuk tidak berflagel dan bentuk peralihan antara keduanya. Panjangnya 14-33 mikron dan lebar 1,5-3,5 mikron.
Pada manusia menyebabkan penyakit tidur (sleeping sickness). Hidup di dalam darah, kelenjar lympha, spleen dan liquor cerebrospinalis. Reproduksinya secara pembelahan biner. Dalam siklus hidupnya melibatkan lalat Glossina sp. (lalat tsetse) sebagai host dan sebagai vektor yang menularkan penyakitnya kepada manusia. Lalat Glossina sebagai vektor antara lain Glossina palpalis dan Glossina tachinoides.
Infeksi Trypanosoma gambiense pada ternak, kambing dan babi sering kali asimptomatis sehingga berbahaya sebagai sumber penularan.
Gejala Penyakit
Masa inkubasi antara 2-23 hari. Tempat gigitan lalat Glossina akan terasa gatal dan sedikit diikuti demam, sakit kepala, menggigil dan kehilangan nafsu makan. Akan tetapi bisa juga pada phase ini tidak menunjukkan gejala apa-apa dan penderita masih bisa bekerja.
Phase di mana Trypanosoma sp. sebagian berada di dalam jaringan lympha. Pada phase ini timbul demam, pembengkakan spleen, liver dan kelenjar getah bening terutama daerah belakang leher, kemudian kelenjar getah bening daerah axilla, lipat paha, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lemah dan ruam di kulit. Phase di mana memasuki susunan syaraf pusat.
Pada phase ini terjadi sakit kepala yang hebat, apatis, malas, spasma otot, tangan bergetar, koordinasi kerja otot terganggu, sakit dan kaku leher, kelumpuhan yang semakin berat. Penderita sering mengantuk dan jatuh tidur walau sedang makan atau duduk. Bila penyakitnya semakin parah, penderita semakin kurusd, terus tertidur, koma dan meninggal. Kadang penyakitnya tidak memasuki phase kronis, tetapi kematian dapat terjadi pada phase akut, terutama waktu terjadi wabah.
Dengan diagnosa yang dini dan pengobatan yang cepat prognosanya baik, tetapi bila Trypanosoma sudah menyerang susunan syaraf pusat, biasanya berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari darah, kelenjar getah bening, liquor cerebrospinalis atau sumsum tulang. Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk menemuksn Trypanosoma, perbenihan dan percobaan binatang.
Pencegahan Penyakit
Menghindari gigitan Glossina sp., pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan, pemberentasan lalat dengan insecticide dan menghilangkan binatang reservoir Trypanosoma.
û Trypanosoma rhodesiense
ü Terdapat di Afrika Selatan dan vektornya lalat Glossina morsitans
ü Menimbulkan penykit yang bersifat accut yaitu penyakit tidur (Sleeping sickness)
û Trypanosoma cruzi
ü Terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, menyerang sel darah merah menimbulkan anemia (penyakit “cagas”)
ü Vektornya lalat Triatoma
Tripanosoma cruzi di dalam siklus hidupnya melibatkan manusia sebagai host dan serangga sebagai host sekaligus vektor penyakitnya. Bereproduksi dengan jalan pembelahan biner. Ditularkan oleh serangga Panstrongylus megistus, Triatoma infestans, Rhodnius prolixus, Triatoma sordid, dan Triato a braziliensis. Sebagain binatang reservoirnya, antara lain anjing, kucing, monyet, dan kelelawar.
Penularan penyakit kepada manusia melalui luka gigitan Triatoma sp. yang terkontaminasi feces triatoma yang mengandung Trypanosoma cruzi yang biasanya masuk bersama garukan penderita. Hal ini terjadi karena Triatoma mempunyai kebiasaan defekasi sewaktu makan.
Gigitan Triatoma biasanya tidak menimbulkan rasa, tempat gigitannya biasanya pada perbatasan kulit dan selaput lendir, misalnya pada sudut mata dan sudut mulut karena itu sering disebut kissing bug. Pada manusia menimbulkan penyakit chages (Trypanosomiasis Amerika selatan). Masa inkubasi 7-14 hari.
Gejala Penyakit
Tempat masuknya Trypanosoma cruzi ke tubuh biasanya pada selaput lendir, misalnya pada lubang hidung, bibir dan bagian luar canthus mata.
Pada penyakit yang akut gejalanya berupa demam tinggi, anorexia, muntah, dan diarrhea. Biasanya terjadi conjunctivis, edema kelopak mata dan muka biasanya hanya sebelah, pembengkakan kelenjar air mata (glandula lacrimalis) dan pembengkakan kelenjar getah bening bawah rahang (submaxillaris).
Pada penyakit yang berat terjadi pembengkakan kelenjar getah bening seluruh tubuh, hepatospleenomegali dan reaksi meningo-encephalitis, kematian sering terjadi karena gagal jantung dan kerusakan susunan syaraf pusat. Stadium akut ini dapat pula sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau bulan.
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit chagas adalah dilatasi organ-organ yang tubular sehingga terjadin megacolon atau megaesophagus.
Bahan pemeriksaan untuk laboraturium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah biopsi jaringan. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop untuk menemukan Trypanosome cruzi, perbenihan dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan dengan menghindari gigitan Triatoma, misalnya tidur berkelambu, karena Triatoma sering mengigit di malam hari. Pemberantasan insect dengan insecticida. Pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
b. Trypanosoma yang menyerang hewan
û Trypanosoma evansi
ü Hidup pada hewan sapi, kerbau dan kuda
ü Vektor penyakit lalat “Tabanus”
ü Menyebabkan penyakit “surra”
û Trypanosoma equiperdum
ü Hidup pada hewan ternak di Amerika, Asia dan Eropa
ü Menyerah hewan ternak kuda
û Menyebabkan penyakit “Mal de Caderas”
3. Genus Leismania
Genus Leismania umumnya bersifat parasit yang terdiri:
a. Leismania donovani: menyebabkan penyakit “Kala azar” dan menyerang alat-alat visceral (alat-alat dalam seperti hati dan ginjal).
Leishmania donovani adalah protozoa yang memiliki 1 flagel, 1 inti dan 1 kinetoplast. Ukurannya antara 2-5 mikron. Mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk leishmania di mana protozoa membulat tidak berflagel dan bentuk leptomonas yang berflagel. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Kala-Azar (Leishmaniasis visceral). Ditularkan melalui gigitan lalat pengisap darah, yaitu Phlebotomus sp., misalnya Phlebotomus argentipes, Phlebotomus papatasii, dan Phlebotomus permiciosus. Masa inkubasinya antara 2-4 bulan. Anjing adalah reservoir protozoa ini.
Gelaja Penyakit
Gejala penyakit bisa muncul secara akut atau lambat. Pada yang akut ditandai dengan demam tinggi, menggigil dan muntah-muntah. Demamnya biasanya hilang timbul, selang 2 hari, dan penurunan suhu disertai keringat banyak. Penderita semakin kurus, spleen dan hepar akan membengkak. Bila tidak diobati, biasanya berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah atau biopsy jaringan untuk dilihat dengan mikroskop, perbenihan, percobaan binatang dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan:
1) Semua penderita diobati, untuk menghilangkan sumber penularan.
2) Hilangkan sampah yang membusuk tempat berkembang biaknya Phlebotomus sp.
3) Hindari gigitan Phlebotomus sp., misalnya dengan zat pengusir serangga dan tidur berkelambu.
4) Berantas anjing liar yang mungkin menjadi reservoir Leishmania donovani.
b. Leismania tropika: menyebabkan penyakit “Oriental shore” dan menyerang kulit.
Sifat Leishmania tropica mirip Leishmania donovani. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Leishmaniasis kulit. Penyakit ini ditularkan oleh Phlebotomus sp. misalnya Phlebotomus papatsii, Phlebotomus sergeti, Phlebotomus macedonicum, dan Phlebotomus intermedus. Leishmania tropica juga merupakan parasit pada anjing.
Masa inkubasinya antara beberapa hari sampai beberapa bulan. Leishmania tropica adalah parasit pada anjing, binatang pengerat dan mamalia lainnya.
Gejala Penyakit
Pada tempat gigitan Phlebotomus terjadi papula, kemudian ulcus yang tertutup kerak dan keluarnya exudates yang lengket. Bila keraknya diangkat, lukanya akan mengeluarkan darah dan meninggalkan ulcus yang tidak dalam dengan garis tengah ± 1-3 cm. Bila terjadi infeksi sekunder, akan terjadi kerusakan jaringan yang lebih hebat.
Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari lesi kulit dilihat dengan mikroskop untuk menemukan protozoanya dan dilakukan biakan pada perbenihan.
Pencegahan
Lesi kulit harus ditutup agar tidak dihinggapi lalat untuk mencegah penularan kepada orang lain dan autoinfeksi (autoinoculation).
Pemberantasan serangga dengan insecticide dan penggunaan pengusir serangga (insect repellents). Pemberantasan binatang pengerat dan anjing liar yang merupakan reservoir protozoa ini.
c. Leismania brazilliensis: menyebabkan penyakit “Espundia” menyerang lapisan mukosa kulit dan vektornya lalat Phlebotomus.
Leishmania braziliensis mempunyai sifat yang sama dengan Leishmania donovani dan Leishmania tropica. Bereproduksi dengan pembelahan biner. Menimbulkan penyakit mucocutaneous leishmaniasis yang ditularkan melalui gigitan Phlebotomus sp.
Gejala Penyakit
Pada tempat gigitan Phlebotomus terjadi papula yang berwarna merah, gatal dan berkembang menjadi vesicle dan dalam waktu 2-4 minggu akan berkembang menjadi ulcus, kulit di sekitarnya meradang dan edematous.
Pada beberapa kasus sering terjadi penyebaran ke daerah perbatasan kulit dengan selaput lendir (mucocutaneus junction) biasanya pada daerah septumnasi, selaput lendir pipi, nasopharynx di mana terjadi kerusakan jaringan lunak dan tulang rawan.
Ulserasi dan nekrosis yang terjadi pada selaput lendir mulut, langit-langit mulut, pharynx dan larynx dapat mengakibatkan perubahan bentuk muka. Setelah invasi protozoa mengenai selaput lendir, sering kali penyakitnya menjadi menahun (kronis) dan kematian biasanya terjadi karena komplikasi septikemi atau bronchopneumonia.
Bahan Pemeriksaan untuk Leboratorium
Sample diambil dari jaringan ulcus di kulit atau di selaput lendir untuk dilihat setelah pewarnaan Giemsa dan untuk perbenihan.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan Phlebotomus sp. dengan menggunakan pengusir insect dan pakaian yang melindungi kulit.
4. Trichomonas vaginalis
* Bersifat parasit menyerang vagina dan kelenjar prostata
* Tubuh memiliki flagel ada yang membentuk membran undulan dan ada yang tidak.
* Tubuh berbentuk lonjong mirip dengan Euglena dan memiliki lubang mulut.
Trichomonas vaginalis adalah protozoa yang terdapat hanya dalam bentuk vegetatif (tidak bisa berbentuk kista), ukurannya 10-30 mikron, mempunyai membran undulate 4 flagel anterior, tidak mempunyai flagel posterior, dan reproduksinya dengan cara membelah diri.
Di luar tubuh manusia, protozoa ini cepat mati karena sinar matahari, pengeringan atau suhu di atas 400C. Di dalam air, mati setelah 35-40 menit. Menular melalui hubungan kelamin atau secara tidak langsung melalui pakaian dan air (mandi bersama).
Gejala Penyakit
Pada wanita gejalanya berupa leukorrhea (keputihan) disertai rasa panas dan gatal di daerah vagina. Sering kali kambuh atau menghebat setelah selesai menstruasi.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Pada wanita Trichomonas vaginalis bisa ditemukan dari secret vagina, apusan vagina atau sedimentasi urina. Pada pria bisa diperoleh dari sedimentasi urina atau cairan prostate.
Pencegahan
Menghindari penularan dari penderita (menghindari hubungan sex di luar nikah) dan meningkatkan hygiene pribadi.
5. Volvox globator
Ø Protozoa berkoloni yang masing-masing sel memiliki dua flagel dan sel yang satu dengan sel yang bergabung dengan laisan yang menyerupai gelatin
Ø Berkembang biak dengan secara seksual yaitu dengan pembentukan sperma dan sel telur dan secara vegetatif dengan fragmentasi.
Ø Hidup di air tawar.
6. Noctiluca milliaris
- Bentuk tubuh memanjang dengan dua flagel yang tidak sama panjang.
- Hewan tersebut menyebabkan bersinarnya laut pada malam hari.
7. Giardia lamblia (Lamblia intestinalis)
Giardia lamblia bisa berbentuk vegetatif (tropozoit) maupun kista. Reproduksinya dengan jalan membelah diri, Giardia lamblia mempunyai 8 flagel dengan ukuran panjang 9-12 mikron, lebar 5-15 mikron, dan tebal 2-4 mikron. Menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kistanya.
Penyakit yang Ditularkan
Giardia lamblia tidak menembus dinding usus dan mengambil makanan dari sekresi mukosa usus sehingga hubungannya dengan host bersifat commensal dan umumnya tidak menunjukkan gejala penyakit (asymptomatis). Akan tetapi, bila infeksinya cukup berat, dapat menimbulkan rasa tidak enak di daerah lambung, nausea, flatulence, diarrhea kronis, tidak ada nafsu makan, dan berat badan menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces, diperiksa dengan mikroskop untuk menemukan bentuk vegetatif maupun kistanya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi.
C. Kelas Cilliata (Infusoria)
Individu yang termasuk ke dalam kelas Cilliata memiliki bentuk tubuh yang bervariasi dengan alat gerak yang disebut silia (rambut getar Genus/Species yang termasuk pada Cilliata yaitu:
1. Paramaecium caudatum dan Paramaecium eurelia
- Bentuk tubuh memanjang seperti sandal dengan ukuran sekitar 120-130 mikron, bentuk tubuh tetap.
- Hidup dalam air tawar yang banyak mengandung bahan organic atau bakteri.
- Dinding tubuh terlindung oleh silia sebagai alat gerak, dinding tersenut serin disebut pelikel, memiliki mulut atau sistosom (mulut) tempat makanan keluar masuk yang akan dicernakan dalam vakuola makanan.
- Terdapat makronukleus dan mikronukleus yang berperan dalam pembelahan sel.
- Reproduksi dengan cara pembelahan dan secara generative dengan konjugasi.
2. Genus Didinium : merupakan predator bagi Paramaecium.
3. Genus Srentor : bentuk tubuh seperti terompet dan tubuh terikat pada suatu tempat tetapi bila keadaan tidak menguntungkan dapat pindah tempat.
4. Genus Stylonichia : bentuk tubuh menyerupai siput dan memiliki silia seperti duri (cirhi) dan hidup menempel pada daun yang terendam.
5. Balantidium coli : penghuni usus tebal (colon), pada keadaan tertentu dapat menimbulkan balantidiosis.
Balantidium coli merupakan protozoa paling besar di antara protozoa yang merupakan parasit pada manusia dan kadang-kadang dapat dilihat dengan mata secara langsung. Ukuran panjang 50-200 mikron, dan lebar 40-70 mikron. Bisa berbentuk trophozoite maupun kista.
Bentuk trophozoit-nya adalah ovoidal dengan cilia pendek-pendek di seluruh permukaan selnya dan aktif bergerak. Bentuk kistanya adalah oval dengan dinding yang tebal. Protozoa ini mempunyai 2 inti, yaitu macronucleus dan micronucleus.
Bereproduksi dengan pembelahan biner dan konjugasi. Balantidium coli merupakan parasit pada manusia, monyet, orang hutan, babi dan tikus.
Penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kistanya yang berasal dari feces penderita atau feces binatang yang terinfeksi.
Gejala Penyakit
Balantidiasis kadang-kadang asymptomatis, tetapi umumnya gejalanya menyerupai dysenteri berupa diarrhea, abdominal kolik, tenesmus, nausea, hilang nafsu makan, lesu dan berat badan yang menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces penderita, dilihat dengan mikroskop untuk menemukan trophozoite atau kistanya.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi khususnya kebersihan makanan dan minuman.
D. Kelas Sporozoa
Tubuh tidak memiliki alat gerak, bersifat parasit baik pada manusia maupun pada hewan, tubuh merupakan sel tunggal.
Genus/Species Sporozoa
1. Plasmodium
- Dalam kehidupannya memiliki fase generatif dan fase vegetatif; fase generatif terjadi dalam tubuh nyamuk dan fase vegetaif terjadi dalam tubuh manusia.
- Perkembangan vegetatif terjadi dalam butir eritrosit sehingga dapat menimbulkan anemia.
Perkembangan Plasmodium dapat dibagi menjadi:
- Schizogony; meliputi Sporozoit à Tropozoit à Merozoit
- Sporogony; meliputi makrogamet dan mikrogamet à zygot à ookinet à sporozoit
Plasmodium sp. pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dan vektornya nyamuk Anopheles betina, karena nyamuk Anopheles jantan makanannya cairan tumbuhan.Dikenal empat jenis plasmodium, yaitu:
- Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (malaria tertian benigna).
- Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
- Plasmodium facifarum menyebabkan malaria tropika (malaria tertian maligna).
- Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium sp., berproduksi secara seksual (sporogoni) dan aseksual (schizogoni) di dalam host yang berbeda. Host di mana terjadi reproduksi seksual, disebut host definitif sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada host intermediate.
Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi aseksual disebut merozoite. Pada penyakit malaria manusia sebagai host intermediate sedangkan nyamuk sebagia host definitifnya.
Reproduksi seksual dimulai ketika nyamuk Anopheles mengisap darah penderita malaria, di mana gametocyte akan terisap ke dalam lambung nyamuk. Di dalam lambung nyamuk, gametocyte jantan (mikrogamet) akan membuahi gametocyte betina (makrogamet), sehingga terjadilah zygote. Dalam waktu 24 jam zygote tumbuh menjadi ookinete. Ookinete akan menembus dinding lambung nyamuk dan tumbuh menjadi oocyst, kemudian berkumpul di dalam bagian luar dan dinding lambung. Di dalam oocyst ini akan tumbuh banyak sporozoite. Oocytst yang matang akan pecah dan sporozoitenya akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian akan berkumpul di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoite ini akan masuk ke aliran darah manusia bila nyamuk tadi mengisap darah manusia.
Reproduksi aseksual dimulai ketika sporozoite keluar dari aliran darah dan masuk ke dalam sel parencym hepar untuk memulai schizogoni exoerythrocytic (schizogoni di luar erythrocyte) yang pada tahap selanjutnya akan diikuti schizogoni erythrocyte (schizogoni di dalam erytrhocytic).
Masa inkubasi malaria bervariasi bergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14 - 17 hari, Plasmodium ovale 11 – 16 hari, Plasmodium malariae 12 – 14, dan Plasmodium falcifarum 10 – 12 hari.
Gejala Penyakit
Gejala utama malaria adalah demam yang periodik disertai menggigil dan diakhiri dengan berkeringat, anemia, splenomegali dan leukopenia. Munculnya demam yang periodik ini berkaitan dengan pecahnya sejumlah besar erythrocyte, baik yang parasit maupun tidak.
Interval (selang) waktu untuk terjadinya demam yang periodik, bergantung pada lamanya waktu yang diperlukan untuk siklus schizogoni erythrocytic. Misalnya, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, siklus schizogoni erythrocytic-nya memerlukan waktu 48 jam sehingga demamnya akan terjadi selang 2 hari atau setiap hari ketiga (tertian). Plasmodium malariae memerlukan waktu 72 jam sehingga demamnya muncul setiap hari keempat (quartana) sedangkan Plasmodium falcifarum antara 36-48 jam sehingga datangnya demam menjadi tidak teratur.
Infeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovela dan Plasmodium malariae gejalanya datang mendadak berupa demam tinggi (40 – 40,60C), menggigil, sakit kepala, sakit otot, malaise, nausea dan setelah berlangsung beberapa jam demamnya hilang berkeringat banyak. Pada peyakit yang berat dapat terjadi coma, kejang-kejang dan kegagalan jantung, tetapi sangat jarang.
Infeksi oleh Plasmodium falcifarum demamnya berlangsung lebih lama dan interval waktu terjadinya serangan lebih pendek. Plasmodium falcifarum sering menimbulkan kematian, diantaranya “blacwater fever” yang ditandai dengan demam yang tinggi, menggigil, urina berwarna kemerahan atau kecoklatan, dan kadang-kadang terjadi anuria.
Malaria bisa juga menyerang otak (Malaria cerebralis). Pada penderita yang pengobatannya tidak sempurna penyakitnya sering kambuh lagi (relapse) terutama Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Relapse ini diduga karena adanya sisa-sisa exoerythrocytic parasit atau parasit di dalam exythrocyte yang berada di kapiler-kapiler viscera. Faktor yang memudahkan kambuhnya malaria adalah daya tahan tubuh yang menurun atau sewaktu menderita penyakit lain, misalnya gastro enteritis, pneumonia, atau setelah bekerja berat.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan di laboratorium adalah darah yang diambil pada waktu penderita mengalami demam.
Pencegahan
Pencegahan malaria dilakukan dengan:
1. Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur memakai kelambu.
2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya.
Jenis-jenis Malaria
Nama Species
Nama penyakit
Sporulasi
Plasmodium falsifarum
Malaria tropika
1 – 2 x 24 jam
Plasmodium vivac
Malaria tertian
2 x 24 jam
Plasmodium malariae
Malaria quartana
3 x 24 jam
2. Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii adalah protozoa berbentuk ovoid atau pyriformis dengan panjang 4-6 mikron dan lebar 2-3 mikron. Salah satu atau kedua ujungnya meruncing atau membulat, merupakan parasit obligate intraseluler. Dengan pewarnaan Giemsa atau Wright cytoplasma akan berwarna biru, sedangkan intinya berwarna merah.
Toxoplasma gondii adalah parasit pada manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati. Pada manusia menimbulkan penyakit toxoplasmosis. Protozoa ini bisa terdapat bebas di dalam cairan tubuh host atau berupa parasit intraseluler pada leukocyte mononuclear, sel endothelial, sel parenchym atau sel jaringan lainnya. Reproduksinya dengan jalan menbelah diri di dalam sel host. Bila jumlah sudah 30 atau maksium 60, sel hostnya akan pecah dan masing-masing akan mencari sel host yang baru untuk ditumpanginya.
Penularan pada manusia tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kistanya yang berasal dari penderita atau binatang yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi karena Toxoplasma gondii adalah asymptomatis, sebagian kecil lagi menunjukkan gejala deman yang tidak begitu tinggi, sakit kepala, sakit otot, pembengkakan kelenjar lympha dan spleen. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan kematian karena endocarditis atau encephalitis. Penyakit ini juga fatal bagi penderita AIDS.
Toxoplasmosis yang subklinis pada wanita hamil dapat menulari bayi yang sedang dikandungnya sehingga terjadi cacat bawaan berupa kerusakan otak, buta atau lahir mati.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample dapat diambil dari biopsi kelenjar lympha yang membengkak untuk dilihat dengan mikroskop atau kultur jaringan dan dari darah untuk test serologis.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi (cuci tangan sebelum makan). Makanan, terutama daging harus di masak sampai matang. Khusus bagi wanita hamil agar menghindari penularan, terutama dari kucing dan kotorannya.
Proses Perkembangan Protozoa
1. Sporozoit pada kelenjar ludah nyamuk sewaktu nyamuk mengisap darah akan masuk ke tubuh manusia bersama dengan zat anticoagulant yang dikeluarkan oleh nyamuk.
2. Sporozoit mencari eritrosit dan masuk ke dalamnya yang kemudian memulai untuk mengadakan perkembangan secara vegetatif, stadia perkembangannya disebut Tropozoit.
3. Tropozoit berkembang menjaid spozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrozit baru dan akrogamet serta mikrogamet.
4. Merozoit akan menjadi sporozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrosit baru. Saat sporozoit masuk ke eritrosit sampai dengan masuk kembali ke eritrosit baru disebut sporulasi.
5. Mikrogamet dan makrogamet akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk terbawa bersama dengan darah sewaktu nyamuk menghisapnya.
6. Mikrogamet dan makrogamet bertemu dan membentuk zygot dalam kelenjar ludah nyamuk dan kemudian menuju usus nyamuk.
7. Zygot menembus dinding usus dan berkembang menjadi ookinet.
8. Dalam jaringan usus ookinet berkembang dan membentuk spora.
9. Bentuk spora menghasilkan sporozoit baru yang kemudian akan menuju kelenjar ludah nyamuk.
Peranan Protozoa dalam Kehidupan Manusia
Pada umumnya bersifat merugikan manusia karena dapat menyebabkan penyakit ataupun merupakan predator bagi hewan lain.

BAB III
KESIMPULAN
Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya relatif tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun ukuran dan bentuknya berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa persamaan. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
JENIS SISTEM
SISTEM PROTOZOA
Otot-rangka
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
Pencernaan
Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.
Saraf
Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya dan perubahan suhu.
Sirkulasi
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi
Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui membran selnya.
Reproduksi
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Ekskresi
Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan membuang air.
Simetri
Protozoa biasanya asimetris.
Warna
Protozoa umumnya berwarna pucat.
Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Reproduksi aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1 menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple fision) 1 (satu) menjadi beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.
Kelompok
Reproduksi Aseksual
Reproduksi Seksual
Genus
Phylum: Sarcomatigopora
Subphylum: Sarcodina
Pembelahan biner
Fusi gamet
Amoeba Entamoeba
Subphylum: Mastigophora
Pembelahan biner
-
Trysopoma Giardia Trichomonas
Phylum: Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Scizogony (pembelahan multiple)
Fusi gamet
Plasmodium Toxoplasma
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
Pembelahan transversal
konjugasi
Balantidium Paramaecium
Nama Species
Nama penyakit
Sporulasi
Plasmodium falsifarum
Malaria tropika
1 – 2 x 24 jam
Plasmodium vivac
Malaria tertiana
2 x 24 jam
Plasmodium malariae
Malaria quartana
3 x 24 jam


1 komentar:

teman-teman blog ini ku bikin buat berbagi tips-tips yang bermanfaat