Phyllum Protozoa
Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa
organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh
algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal
yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan
kemampuan untuk berfotosintesa.
Semua
spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya
cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.
Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas
antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan
dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat
bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur
lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Bentuk
dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya
relatif tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun
ukuran dan bentuknya berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki
beberapa persamaan. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
Pada beberapa protozoa di dalam nucleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang disebut nucleolus (karyosome). Jumlah nucleus ini ada yang satu atau lebih dari satu. Bagian
dalam dari cytoplasma disebut endoplasma. Di dalam endoplasma ini
terdapat nucleus, vakuola makanan, mitokondria. Bagian luar cytoplasma
yang membungkus endoplasma disebut ektoplasma. Fungsi ektoplasma ini
diduga sebagai alat gerak, untuk bernafas, membuang sisa-sisa
metabolisme dan sebagai alat perlindungan diri.
Pada
beberapa jenis protozoa di dalam cytoplasmanya terdapat “vakuola
berdenyut” yang fungsinya sebagai tekanan osmotik sel. Pada bentuk
vegetatifnya terdapat selaput tipis semipermeabel yang membungkus
seluruh sel yang disebut membran plasma. Membran plasma ini berfungsi
untuk mengatur keluar masuknya zat makanan, sebagai alat ekskresi, dan
mengatur konsentrasi (kadar) zat di dalam sitoplasma.
Umumnya
tidak memiliki dinding sel yang kuat, tetapi ada juga beberapa jenis
yang sudah mampu menyusun cangkang (kerangka luar) yang terbentuk dari
kapur atau kersik. Fosil-fosilnya ditemukan pada lapisan batuan dari
zaman Kambrium, enam ratus juta tahun yang lalu. Dan banyak dijumpai
orang ketika mengebor tanah untuk mencari sumber minyak bumi.
Pada
beberapa jenis protozoa, misalnya amoeba, bentuk selnya berubah-ubah
karena ada penonjolan atau pengerutan dari pseudopodia. Ada pula jenis
protozoa yang mempunyai bentuk yang relatif tetap. Beberapa jenis
protozoa jika dalam keadaan bahaya, dapat berubah dari bentuk
vegetatifnya ke bentuk kista, dimana ia melindungi dirinya dengan
“dinding sel” yang kuat, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk
dari luar. “Dinding sel” ini dibuat oleh ectoplasma.
Protozoa
ada yang dapat bergerak, ada yang tidak. Alat gerak protozoa dapat
berupa pseudopodia (pada subphylum sarcodina) dan flagel (pada subphylum
ciliata). Contoh protozoa yang tidak dapat bergerak, misalnya kelas
Sporozoa.
Di
dalam suatu komunitas protozoa bertindak sebagai konsumen, karena
hidupnya bergantung pada zat-zat organik seperti bakteri, mikroorganisma
yang lain atau sisa-sisanya. Tetapi pada tempat–tempat yang basah atau
perairan Protozoa merupakan zooplankton.
JENIS SISTEM
|
SISTEM PROTOZOA
|
Otot-rangka
|
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
|
Pencernaan
|
Protozoa
mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di kantung yang
disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.
|
Saraf
|
Protozoa
memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar
itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap
cahaya dan perubahan suhu.
|
Sirkulasi
|
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
|
Respirasi
|
Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui membran selnya.
|
Reproduksi
|
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
|
Ekskresi
|
Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan membuang air.
|
Simetri
|
Protozoa biasanya asimetris.
|
Warna
|
Protozoa umumnya berwarna pucat.
|
Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya
hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan.
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang
protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti
algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa
spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi apabila keadaan lingkungan kurang menguntungkan, hewan tersebut akan mengatasinya dengan membungkus diri menjadi sista. Sama halnya dengan bakteri yang membentuk endospora.
Semua protozoa
memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis
protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain
hidup di dasar laut.
Spesies
yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup
di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa
protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan
bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
Morfologi Protozoa
Semua
protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai
pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur
tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap
spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite),
atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang
tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya.
Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan
berkecambah menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa
tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin
seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk
spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam
membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai
kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa
protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat
menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan
dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2
sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan
kapur.
Protozoa
merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan
pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat
bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme
gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.
Protozoa
yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak
dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat
bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke
dalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist,
mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu
Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora,
Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini,
Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok
Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka
dipecah menjadi lima kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor.
Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.
Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa
dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual
protozoa dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner),
tetapi pada Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada
Ciliata secara transversal. Beberapa jenis protozoa membelah diri
menjadi banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti
membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak
sel anakan. Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara
konjugasi, autogami, dan sitogami.
Protozoa
yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai
beberapa cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat
melakukan schizogony secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi
dalam sel inang nyamuk dapat terjadi perkembangbiakan secara seksual.
Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
Protozoa
umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak atau
terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 %
dari volume sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
Fisiologi Protozoa
Protozoa
umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa
dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan
manusia atau hewan ruminansia.
Protozoa
aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme
aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan
atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa
umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri)
atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun
molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.
Senyawa
makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk
sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada
membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang
berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke
bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke
sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis
oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok
Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel
untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar
(vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman.
Lisosom
memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan
didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang
tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa
untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di
permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap
makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola
makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui
sitopig yang terletak disamping sitosom.
Berbagai bentuk dan sifat protozoa
Protozoa
merupakan hewan yang paling rendah derajatnya dan semua aktivitas
dilaksanakan oleh protoplasma dalam sel tersebut. Protozoa memiliki
tanda-tanda sebagai berikut:
ü Hewan
yang termasuk dalam filum protozoa umumnya bersel tunggal dengan ukuran
yang bervariasi antara 3-1000 mikron, tetapi umumnya lebih kecil dari
1000 mikron.
ü Hewan protozoa dapat diketemukan di mana-mana asal cukup basah.
ü Pada lingkungan yang kurang menguntungkan ada protozoa yang mampu membentuk cysta (melindungi tubuh dengan lapisan CaCO3) sehingga dapat mepertahankan dirinya untuk dapat tetap hidup.
ü Kegiatan
hidup dilakukan protoplasma sel tersebut, di dalam sel terdapat nukleus
dan beberapa individu memiliki makronukleus dan mikronukleus,
nukleolus, mithokondria dan vakuola. Vakuola makanan berfungsi mencerna
makanan dan vakuola kontraktil (vakuola berdenyut) berperan memelihara
tekanan osmosis dalam sel karena dengan denyutannya dapat
mendistribusikan zat makanan ke seluruh bagian sel.
ü Reproduksi dapat secara seksual yaitu secara konjugasi dan secara aseksual dengan pembelahan dan pembentukan tunas.
ü Dinding sel disebut pelikel dan keadaannya kurang kuat sehingga bentuknya dapat berubah.
ü Nutrisi dari bahan organik dan dalam ekosistem perairan merupankan penyusun zooplankton bertindak sebagi konsumen.
ü Secara
evolusi fosil protozoa diketemukan sebagai rangka kersik jadi merupakan
hewan yang lebih tua daripada hewan yang memiliki rangka kapur.
Reproduksi
Protozoa
dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi
gamet). Reproduksi aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1
menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple fision) 1 (satu) menjadi
beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.
Reproduksi protozoa yang penting dalam kaitannya dengan dunia kedokteran
Kelompok
|
Reproduksi Aseksual
|
Reproduksi Seksual
|
Genus
|
Phylum: Sarcomatigopora
Subphylum: Sarcodina
|
Pembelahan biner
|
Fusi gamet
|
Amoeba Entamoeba
|
Subphylum: Mastigophora
|
Pembelahan biner
|
-
|
Trysopoma Giardia Trichomonas
|
Phylum: Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
|
Scizogony (pembelahan multiple)
|
Fusi gamet
|
Plasmodium Toxoplasma
|
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
|
Pembelahan transversal
|
konjugasi
|
Balantidium Paramaecium
|
A. Kelas Rhizopoda atau Sarcodina
Bergerak
dengan kaki palsu (pseudopodia). Hidup di air laut, air tawar ataupun
di tempat-tempat yang lembab yang mengandung bahan organik. Tetapi ada
pula yang hidup sebagai parasit pada tubuh hewan atau manusia.
Berkembangbiak dengan cara membelah diri.
Genus/Species Rhizopoda
1. Amoeba proteus
- Tubuhnya bersel tunggal, di dalamnya terdapat:
a. Nukleus, berperan dalam pengaturan aktivitas hidup.
b. Vakuola makanan, berperan dalam pencernaan makanan.
c. Vakuola kontraktil, berperan dalam memelihara tekanan osmosis sel.
d. Dinding sel atau plasmolemma dengan sitoplasma yang terdiri dari ektoplasma dan endoplasma.
- Hidup
di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan
air tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan.
- Berkembang biak dengan cara membelah diri.
2. Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)
- Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap
- Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)
- Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak menguntungkan.
Entamoeba histolytica
mempunyai siklus hidup secara berurutan dari trophozoite (bentuk
vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti), metatropozoite.
Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60 mikron, sedangkan
kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron.
Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C,
tetapi tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah)
tidak mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air
minum, tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12
hari.
Entamoeba histolytica menimbulkan
penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Penularan kepada
manusia terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi kista
yang berasal dari feses penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah
terjadi karena orang tua yang menyediakan atau memasak makanan
mengandung kistanya (penderita / carier).
Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica, perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan.
Di
beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman
atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah tercemari feces,
sehingga meningkatkan terjadinya penularan.
Wabah
dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat
luas, tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan
mampat, tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.
Gejala penyakit
Berbeda dengan amoeba lainnya, Entamoeba histolytica dapat
masuk ke dalam jaringan. Gejala penyakitnya sangat bervariasi
bergantung pada beratnya infeksi dan tempat dimana infeksinya terjadi.
Masa inkubasinya sukar ditentukan dan diperkirakan antara empat hari
sampai satu tahun. namun ada pula orang yang terinfeksi amoeba selama
bertahun-tahun tidak menunjukkan gejala (carier).
Gejala
klasik dari disenti amoeba adalah sering buang air besar, fesenya
sedikit-sedikit dengan lender dan darah, uang biasanya disertai rasa
sakit perut (kram perut), dan biasanya tidak demam. Gejalanya bisa akut
bisa juga tidak. Bila akut, sering kali disertai sakit kepala, nausea,
demam tidak begitu tinggi, kram perut dan tenesmus.
Disentri
akut, yang pengobatanya tidak sempurna, sering berkembang menjadi
disentri kronis yang ditandai dengan berulang kalinya serangan akut
berupa demam dan diarrhea dengan feces dan berdarah. Disentri kronis
sering disertai dengan malnutrisi dan cachexia (kurus kering). Karena
sifatnya yang bisa menembus jaringan dan dapat masuk ke dalam aliran
darah, sering kali menimbulkan abscess amoeba di paru-paru, liver, otak
atau kulit.
Bahan pemeriksaan laboratorium
Sampel
untuk pemeriksaan laboratorium adalah feces atau material dari abscess.
Sampel ini harus diperiksa dalam waktu 30 menit dari saat
pengambilannya. Secara makroskopis feces harus diperhatikan gambaran
keseluruhan, konsistensi dan baunya.
Pencegahan
Pencegahan
dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi.
Perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga, perbaikan cara
pembuangan kotoran, dan larangan pemupukan tanaman dengan kotoran
manusia.
Pencegahan
kontaminasi makanan dan minuman, pemberantasan lalat dan kecoa,
pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama tentang cara pembuangan
kotoran yang baik dan cuci tangan setelah defekasi (buang air besar).
3. Entamoeba coli
- Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat parasit sehingga dapat menimbulkan penyakit diarrhea.
4. Arcella
- Tubuh memiliki rnagka luar zat tanduk (kitin)
- Hidup di air tawar.
5. Diflugia
- Tubuh memanjang, hidup di air tawar
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari pasir.
6. Foraminifera
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang mengandung endapan tersebut dinamakan “tanah Globigerina”
- Fosil Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup
di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki
endapan rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk
bahan penggosok.
B. Kelas Flagellata (Mastigophora)
Ø Bentuk tubuh lebih tetap walau tidak memiliki rangka luar tubuh
Ø Tubuh lengkapi dengan alat gerak flagel
Ø Tempat hidup di laut, air tawar, dan hidup parasit pada tubuh manusia atau hewan.
Ø Perkembangbiakan secara vegetatif dengan membelah diri.
Genus/Spesies Flagellata
1. Euglena
- Tubuh
berupa sel tunggal, memiliki satu buah flagel dengan ukuran 30-60
mikron dan dekat dengan dasar bulu cambuk terdapat bintik mata yang
berfungsi untuk membedakan gelap dan terang.
- Tubuh mengandung juga butir pyrenoid yaitu merupakan pusat pembentukan tepung/almilum.
- Tubuh
mengandung krolopas, sehingga hewan ini bersifat hewan bila persediaan
bahan organik mencukup; dan bersifat tumbuhan (mampu berfotosintesis
bila bahan organik berkurang)
- Bersifat fototaksis positif, tetapi bila terkena sinar secara langsung akan menghindarinya.
- Reproduksi dengan cara pembelahan.
2. Trypanosoma
Protozoa yang hidup pada plasma darah hewan dan manusia jadi bersifat parasit
· Tubuh memanjang dengan nukleus di tengah berukuran relatif besar
· Flagel dihubungkan dengan tubuh oleh jaringan ikat yang disebut membrana undulans
Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit di dalam darah atau jaringan berbagai jenis vertebrata.
Genus Trypanosoma,
bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip, letak intinya di
tengah, kinetoplastnya di bagian posterior, mempunyai 1 flagel di
bagian anterior dan memiliki membran undulate.
Trypanosoma menulari manusia melalui gigitan lalat penghisap darah atau melalui feces arthropoda yang mengotori luka gigitan arthropoda.
a. Trypanosoma yang merupakan parasit pada manusia
û Trypanosoma gambiense
ü Terdapat di Afrkika Tengah, hidup pada plasma darah dan menimbulkan penyakit yang bersifat kronis.
ü Vektornya (pembawa) yaitu lalat Glossina palpalis dan menyebabkan penyakit tidur.
Trypanosoae gambiense
mempunyai 3 bentuk, yaitu panjang ramping berfagel, pendek gemuk tidak
berflagel dan bentuk peralihan antara keduanya. Panjangnya 14-33 mikron
dan lebar 1,5-3,5 mikron.
Pada manusia menyebabkan penyakit tidur (sleeping sickness).
Hidup di dalam darah, kelenjar lympha, spleen dan liquor
cerebrospinalis. Reproduksinya secara pembelahan biner. Dalam siklus
hidupnya melibatkan lalat Glossina sp.
(lalat tsetse) sebagai host dan sebagai vektor yang menularkan
penyakitnya kepada manusia. Lalat Glossina sebagai vektor antara lain Glossina palpalis dan Glossina tachinoides.
Infeksi Trypanosoma gambiense pada ternak, kambing dan babi sering kali asimptomatis sehingga berbahaya sebagai sumber penularan.
Gejala Penyakit
Masa
inkubasi antara 2-23 hari. Tempat gigitan lalat Glossina akan terasa
gatal dan sedikit diikuti demam, sakit kepala, menggigil dan kehilangan
nafsu makan. Akan tetapi bisa juga pada phase ini tidak menunjukkan
gejala apa-apa dan penderita masih bisa bekerja.
Phase di mana Trypanosoma sp.
sebagian berada di dalam jaringan lympha. Pada phase ini timbul demam,
pembengkakan spleen, liver dan kelenjar getah bening terutama daerah
belakang leher, kemudian kelenjar getah bening daerah axilla, lipat
paha, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lemah dan ruam di kulit. Phase di
mana memasuki susunan syaraf pusat.
Pada
phase ini terjadi sakit kepala yang hebat, apatis, malas, spasma otot,
tangan bergetar, koordinasi kerja otot terganggu, sakit dan kaku leher,
kelumpuhan yang semakin berat. Penderita sering mengantuk dan jatuh
tidur walau sedang makan atau duduk. Bila penyakitnya semakin parah,
penderita semakin kurusd, terus tertidur, koma dan meninggal. Kadang
penyakitnya tidak memasuki phase kronis, tetapi kematian dapat terjadi
pada phase akut, terutama waktu terjadi wabah.
Dengan
diagnosa yang dini dan pengobatan yang cepat prognosanya baik, tetapi
bila Trypanosoma sudah menyerang susunan syaraf pusat, biasanya berakhir
dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample
diambil dari darah, kelenjar getah bening, liquor cerebrospinalis atau
sumsum tulang. Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk menemuksn
Trypanosoma, perbenihan dan percobaan binatang.
Pencegahan Penyakit
Menghindari gigitan Glossina sp.,
pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan,
pemberentasan lalat dengan insecticide dan menghilangkan binatang
reservoir Trypanosoma.
û Trypanosoma rhodesiense
ü Terdapat di Afrika Selatan dan vektornya lalat Glossina morsitans
ü Menimbulkan penykit yang bersifat accut yaitu penyakit tidur (Sleeping sickness)
û Trypanosoma cruzi
ü Terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, menyerang sel darah merah menimbulkan anemia (penyakit “cagas”)
ü Vektornya lalat Triatoma
Tripanosoma cruzi
di dalam siklus hidupnya melibatkan manusia sebagai host dan serangga
sebagai host sekaligus vektor penyakitnya. Bereproduksi dengan jalan
pembelahan biner. Ditularkan oleh serangga Panstrongylus megistus, Triatoma infestans, Rhodnius prolixus, Triatoma sordid, dan Triato a braziliensis. Sebagain binatang reservoirnya, antara lain anjing, kucing, monyet, dan kelelawar.
Penularan penyakit kepada manusia melalui luka gigitan Triatoma sp. yang terkontaminasi feces triatoma yang mengandung Trypanosoma cruzi yang biasanya masuk bersama garukan penderita. Hal ini terjadi karena Triatoma mempunyai kebiasaan defekasi sewaktu makan.
Gigitan
Triatoma biasanya tidak menimbulkan rasa, tempat gigitannya biasanya
pada perbatasan kulit dan selaput lendir, misalnya pada sudut mata dan
sudut mulut karena itu sering disebut kissing bug. Pada manusia menimbulkan penyakit chages (Trypanosomiasis Amerika selatan). Masa inkubasi 7-14 hari.
Gejala Penyakit
Tempat masuknya Trypanosoma cruzi ke tubuh biasanya pada selaput lendir, misalnya pada lubang hidung, bibir dan bagian luar canthus mata.
Pada
penyakit yang akut gejalanya berupa demam tinggi, anorexia, muntah, dan
diarrhea. Biasanya terjadi conjunctivis, edema kelopak mata dan muka
biasanya hanya sebelah, pembengkakan kelenjar air mata (glandula
lacrimalis) dan pembengkakan kelenjar getah bening bawah rahang
(submaxillaris).
Pada
penyakit yang berat terjadi pembengkakan kelenjar getah bening seluruh
tubuh, hepatospleenomegali dan reaksi meningo-encephalitis, kematian
sering terjadi karena gagal jantung dan kerusakan susunan syaraf pusat.
Stadium akut ini dapat pula sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau
bulan.
Komplikasi
yang sering terjadi pada penyakit chagas adalah dilatasi organ-organ
yang tubular sehingga terjadin megacolon atau megaesophagus.
Bahan pemeriksaan untuk laboraturium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah biopsi jaringan. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop untuk menemukan Trypanosome cruzi, perbenihan dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan
dengan menghindari gigitan Triatoma, misalnya tidur berkelambu, karena
Triatoma sering mengigit di malam hari. Pemberantasan insect dengan
insecticida. Pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
b. Trypanosoma yang menyerang hewan
û Trypanosoma evansi
ü Hidup pada hewan sapi, kerbau dan kuda
ü Vektor penyakit lalat “Tabanus”
ü Menyebabkan penyakit “surra”
û Trypanosoma equiperdum
ü Hidup pada hewan ternak di Amerika, Asia dan Eropa
ü Menyerah hewan ternak kuda
û Menyebabkan penyakit “Mal de Caderas”
3. Genus Leismania
Genus Leismania umumnya bersifat parasit yang terdiri:
a. Leismania donovani: menyebabkan penyakit “Kala azar” dan menyerang alat-alat visceral (alat-alat dalam seperti hati dan ginjal).
Leishmania donovani
adalah protozoa yang memiliki 1 flagel, 1 inti dan 1 kinetoplast.
Ukurannya antara 2-5 mikron. Mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk leishmania di mana protozoa membulat tidak berflagel dan bentuk leptomonas yang berflagel. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Kala-Azar (Leishmaniasis visceral). Ditularkan melalui gigitan lalat pengisap darah, yaitu Phlebotomus sp., misalnya Phlebotomus argentipes, Phlebotomus papatasii, dan Phlebotomus permiciosus. Masa inkubasinya antara 2-4 bulan. Anjing adalah reservoir protozoa ini.
Gelaja Penyakit
Gejala
penyakit bisa muncul secara akut atau lambat. Pada yang akut ditandai
dengan demam tinggi, menggigil dan muntah-muntah. Demamnya biasanya
hilang timbul, selang 2 hari, dan penurunan suhu disertai keringat
banyak. Penderita semakin kurus, spleen dan hepar akan membengkak. Bila
tidak diobati, biasanya berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample
untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah atau biopsy jaringan untuk
dilihat dengan mikroskop, perbenihan, percobaan binatang dan test
serologis.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan:
1) Semua penderita diobati, untuk menghilangkan sumber penularan.
2) Hilangkan sampah yang membusuk tempat berkembang biaknya Phlebotomus sp.
3) Hindari gigitan Phlebotomus sp., misalnya dengan zat pengusir serangga dan tidur berkelambu.
4) Berantas anjing liar yang mungkin menjadi reservoir Leishmania donovani.
b. Leismania tropika: menyebabkan penyakit “Oriental shore” dan menyerang kulit.
Sifat Leishmania tropica mirip Leishmania donovani. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Leishmaniasis kulit. Penyakit ini ditularkan oleh Phlebotomus sp. misalnya Phlebotomus papatsii, Phlebotomus sergeti, Phlebotomus macedonicum, dan Phlebotomus intermedus. Leishmania tropica juga merupakan parasit pada anjing.
Masa
inkubasinya antara beberapa hari sampai beberapa bulan. Leishmania
tropica adalah parasit pada anjing, binatang pengerat dan mamalia
lainnya.
Gejala Penyakit
Pada tempat gigitan Phlebotomus
terjadi papula, kemudian ulcus yang tertutup kerak dan keluarnya
exudates yang lengket. Bila keraknya diangkat, lukanya akan mengeluarkan
darah dan meninggalkan ulcus yang tidak dalam dengan garis tengah ± 1-3
cm. Bila terjadi infeksi sekunder, akan terjadi kerusakan jaringan yang
lebih hebat.
Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari lesi kulit dilihat dengan mikroskop untuk menemukan protozoanya dan dilakukan biakan pada perbenihan.
Pencegahan
Lesi kulit harus ditutup agar tidak dihinggapi lalat untuk mencegah penularan kepada orang lain dan autoinfeksi (autoinoculation).
Pemberantasan serangga dengan insecticide dan penggunaan pengusir serangga (insect repellents). Pemberantasan binatang pengerat dan anjing liar yang merupakan reservoir protozoa ini.
c. Leismania brazilliensis: menyebabkan penyakit “Espundia” menyerang lapisan mukosa kulit dan vektornya lalat Phlebotomus.
Leishmania braziliensis mempunyai sifat yang sama dengan Leishmania donovani dan Leishmania tropica. Bereproduksi dengan pembelahan biner. Menimbulkan penyakit mucocutaneous leishmaniasis yang ditularkan melalui gigitan Phlebotomus sp.
Gejala Penyakit
Pada
tempat gigitan Phlebotomus terjadi papula yang berwarna merah, gatal
dan berkembang menjadi vesicle dan dalam waktu 2-4 minggu akan
berkembang menjadi ulcus, kulit di sekitarnya meradang dan edematous.
Pada beberapa kasus sering terjadi penyebaran ke daerah perbatasan kulit dengan selaput lendir (mucocutaneus junction) biasanya pada daerah septumnasi, selaput lendir pipi, nasopharynx di mana terjadi kerusakan jaringan lunak dan tulang rawan.
Ulserasi
dan nekrosis yang terjadi pada selaput lendir mulut, langit-langit
mulut, pharynx dan larynx dapat mengakibatkan perubahan bentuk muka.
Setelah invasi protozoa mengenai selaput lendir, sering kali penyakitnya
menjadi menahun (kronis) dan kematian biasanya terjadi karena
komplikasi septikemi atau bronchopneumonia.
Bahan Pemeriksaan untuk Leboratorium
Sample diambil dari jaringan ulcus di kulit atau di selaput lendir untuk dilihat setelah pewarnaan Giemsa dan untuk perbenihan.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan Phlebotomus sp. dengan menggunakan pengusir insect dan pakaian yang melindungi kulit.
4. Trichomonas vaginalis
Bersifat parasit menyerang vagina dan kelenjar prostata
Tubuh memiliki flagel ada yang membentuk membran undulan dan ada yang tidak.
Tubuh berbentuk lonjong mirip dengan Euglena dan memiliki lubang mulut.
Trichomonas vaginalis
adalah protozoa yang terdapat hanya dalam bentuk vegetatif (tidak bisa
berbentuk kista), ukurannya 10-30 mikron, mempunyai membran undulate 4
flagel anterior, tidak mempunyai flagel posterior, dan reproduksinya
dengan cara membelah diri.
Di luar tubuh manusia, protozoa ini cepat mati karena sinar matahari, pengeringan atau suhu di atas 400C.
Di dalam air, mati setelah 35-40 menit. Menular melalui hubungan
kelamin atau secara tidak langsung melalui pakaian dan air (mandi
bersama).
Gejala Penyakit
Pada wanita gejalanya berupa leukorrhea (keputihan) disertai rasa panas dan gatal di daerah vagina. Sering kali kambuh atau menghebat setelah selesai menstruasi.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Pada wanita Trichomonas vaginalis bisa
ditemukan dari secret vagina, apusan vagina atau sedimentasi urina.
Pada pria bisa diperoleh dari sedimentasi urina atau cairan prostate.
Pencegahan
Menghindari penularan dari penderita (menghindari hubungan sex di luar nikah) dan meningkatkan hygiene pribadi.
5. Volvox globator
Ø Protozoa
berkoloni yang masing-masing sel memiliki dua flagel dan sel yang satu
dengan sel yang bergabung dengan laisan yang menyerupai gelatin
Ø Berkembang biak dengan secara seksual yaitu dengan pembentukan sperma dan sel telur dan secara vegetatif dengan fragmentasi.
Ø Hidup di air tawar.
6. Noctiluca milliaris
- Bentuk tubuh memanjang dengan dua flagel yang tidak sama panjang.
- Hewan tersebut menyebabkan bersinarnya laut pada malam hari.
7. Giardia lamblia (Lamblia intestinalis)
Giardia lamblia bisa berbentuk vegetatif (tropozoit) maupun kista. Reproduksinya dengan jalan membelah diri, Giardia lamblia mempunyai
8 flagel dengan ukuran panjang 9-12 mikron, lebar 5-15 mikron, dan
tebal 2-4 mikron. Menular melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi kistanya.
Penyakit yang Ditularkan
Giardia lamblia
tidak menembus dinding usus dan mengambil makanan dari sekresi mukosa
usus sehingga hubungannya dengan host bersifat commensal dan umumnya
tidak menunjukkan gejala penyakit (asymptomatis). Akan tetapi, bila
infeksinya cukup berat, dapat menimbulkan rasa tidak enak di daerah
lambung, nausea, flatulence, diarrhea kronis, tidak ada nafsu makan, dan
berat badan menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces, diperiksa dengan mikroskop untuk menemukan bentuk vegetatif maupun kistanya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi.
C. Kelas Cilliata (Infusoria)
Individu
yang termasuk ke dalam kelas Cilliata memiliki bentuk tubuh yang
bervariasi dengan alat gerak yang disebut silia (rambut getar
Genus/Species yang termasuk pada Cilliata yaitu:
1. Paramaecium caudatum dan Paramaecium eurelia
- Bentuk tubuh memanjang seperti sandal dengan ukuran sekitar 120-130 mikron, bentuk tubuh tetap.
- Hidup dalam air tawar yang banyak mengandung bahan organic atau bakteri.
- Dinding
tubuh terlindung oleh silia sebagai alat gerak, dinding tersenut serin
disebut pelikel, memiliki mulut atau sistosom (mulut) tempat makanan
keluar masuk yang akan dicernakan dalam vakuola makanan.
- Terdapat makronukleus dan mikronukleus yang berperan dalam pembelahan sel.
- Reproduksi dengan cara pembelahan dan secara generative dengan konjugasi.
2. Genus Didinium : merupakan predator bagi Paramaecium.
3. Genus Srentor : bentuk tubuh seperti terompet dan tubuh terikat pada suatu tempat tetapi bila keadaan tidak menguntungkan dapat pindah tempat.
4. Genus Stylonichia : bentuk tubuh menyerupai siput dan memiliki silia seperti duri (cirhi) dan hidup menempel pada daun yang terendam.
5. Balantidium coli : penghuni usus tebal (colon), pada keadaan tertentu dapat menimbulkan balantidiosis.
Balantidium coli
merupakan protozoa paling besar di antara protozoa yang merupakan
parasit pada manusia dan kadang-kadang dapat dilihat dengan mata secara
langsung. Ukuran panjang 50-200 mikron, dan lebar 40-70 mikron. Bisa
berbentuk trophozoite maupun kista.
Bentuk
trophozoit-nya adalah ovoidal dengan cilia pendek-pendek di seluruh
permukaan selnya dan aktif bergerak. Bentuk kistanya adalah oval dengan
dinding yang tebal. Protozoa ini mempunyai 2 inti, yaitu macronucleus
dan micronucleus.
Bereproduksi dengan pembelahan biner dan konjugasi. Balantidium coli merupakan parasit pada manusia, monyet, orang hutan, babi dan tikus.
Penularan
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kistanya yang berasal
dari feces penderita atau feces binatang yang terinfeksi.
Gejala Penyakit
Balantidiasis
kadang-kadang asymptomatis, tetapi umumnya gejalanya menyerupai
dysenteri berupa diarrhea, abdominal kolik, tenesmus, nausea, hilang
nafsu makan, lesu dan berat badan yang menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces penderita, dilihat dengan mikroskop untuk menemukan trophozoite atau kistanya.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi khususnya kebersihan makanan dan minuman.
D. Kelas Sporozoa
Tubuh tidak memiliki alat gerak, bersifat parasit baik pada manusia maupun pada hewan, tubuh merupakan sel tunggal.
Genus/Species Sporozoa
1. Plasmodium
- Dalam
kehidupannya memiliki fase generatif dan fase vegetatif; fase generatif
terjadi dalam tubuh nyamuk dan fase vegetaif terjadi dalam tubuh
manusia.
- Perkembangan vegetatif terjadi dalam butir eritrosit sehingga dapat menimbulkan anemia.
Perkembangan Plasmodium dapat dibagi menjadi:
- Schizogony; meliputi Sporozoit à Tropozoit à Merozoit
- Sporogony; meliputi makrogamet dan mikrogamet à zygot à ookinet à sporozoit
Plasmodium sp. pada
manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam, anemia dan
spleomegali (pembengkakan spleen). Dan vektornya nyamuk Anopheles
betina, karena nyamuk Anopheles jantan makanannya cairan
tumbuhan.Dikenal empat jenis plasmodium, yaitu:
- Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (malaria tertian benigna).
- Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
- Plasmodium facifarum menyebabkan malaria tropika (malaria tertian maligna).
- Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium sp., berproduksi secara seksual (sporogoni) dan aseksual (schizogoni) di dalam host yang berbeda. Host di mana terjadi reproduksi seksual, disebut host definitif sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada host intermediate.
Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi aseksual disebut merozoite. Pada penyakit malaria manusia sebagai host intermediate sedangkan nyamuk sebagia host definitifnya.
Reproduksi seksual dimulai ketika nyamuk Anopheles
mengisap darah penderita malaria, di mana gametocyte akan terisap ke
dalam lambung nyamuk. Di dalam lambung nyamuk, gametocyte jantan
(mikrogamet) akan membuahi gametocyte betina (makrogamet), sehingga
terjadilah zygote. Dalam waktu 24 jam zygote tumbuh menjadi ookinete.
Ookinete akan menembus dinding lambung nyamuk dan tumbuh menjadi oocyst,
kemudian berkumpul di dalam bagian luar dan dinding lambung. Di dalam
oocyst ini akan tumbuh banyak sporozoite. Oocytst yang matang akan pecah
dan sporozoitenya akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian
akan berkumpul di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoite ini akan masuk
ke aliran darah manusia bila nyamuk tadi mengisap darah manusia.
Reproduksi aseksual
dimulai ketika sporozoite keluar dari aliran darah dan masuk ke dalam
sel parencym hepar untuk memulai schizogoni exoerythrocytic (schizogoni
di luar erythrocyte) yang pada tahap selanjutnya akan diikuti schizogoni
erythrocyte (schizogoni di dalam erytrhocytic).
Masa inkubasi malaria bervariasi bergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14 - 17 hari, Plasmodium ovale 11 – 16 hari, Plasmodium malariae 12 – 14, dan Plasmodium falcifarum 10 – 12 hari.
Gejala Penyakit
Gejala utama
malaria adalah demam yang periodik disertai menggigil dan diakhiri
dengan berkeringat, anemia, splenomegali dan leukopenia. Munculnya demam
yang periodik ini berkaitan dengan pecahnya sejumlah besar erythrocyte,
baik yang parasit maupun tidak.
Interval
(selang) waktu untuk terjadinya demam yang periodik, bergantung pada
lamanya waktu yang diperlukan untuk siklus schizogoni erythrocytic.
Misalnya, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, siklus schizogoni erythrocytic-nya memerlukan waktu 48 jam sehingga demamnya akan terjadi selang 2 hari atau setiap hari ketiga (tertian). Plasmodium malariae memerlukan waktu 72 jam sehingga demamnya muncul setiap hari keempat (quartana) sedangkan Plasmodium falcifarum antara 36-48 jam sehingga datangnya demam menjadi tidak teratur.
Infeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovela dan Plasmodium malariae gejalanya datang mendadak berupa demam tinggi (40 – 40,60C),
menggigil, sakit kepala, sakit otot, malaise, nausea dan setelah
berlangsung beberapa jam demamnya hilang berkeringat banyak. Pada
peyakit yang berat dapat terjadi coma, kejang-kejang dan kegagalan
jantung, tetapi sangat jarang.
Infeksi oleh Plasmodium falcifarum demamnya berlangsung lebih lama dan interval waktu terjadinya serangan lebih pendek. Plasmodium falcifarum sering menimbulkan kematian, diantaranya “blacwater fever” yang ditandai dengan demam yang tinggi, menggigil, urina berwarna kemerahan atau kecoklatan, dan kadang-kadang terjadi anuria.
Malaria bisa juga menyerang otak (Malaria cerebralis). Pada penderita yang pengobatannya tidak sempurna penyakitnya sering kambuh lagi (relapse) terutama Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Relapse
ini diduga karena adanya sisa-sisa exoerythrocytic parasit atau parasit
di dalam exythrocyte yang berada di kapiler-kapiler viscera. Faktor
yang memudahkan kambuhnya malaria adalah daya tahan tubuh yang menurun
atau sewaktu menderita penyakit lain, misalnya gastro enteritis,
pneumonia, atau setelah bekerja berat.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan di laboratorium adalah darah yang diambil pada waktu penderita mengalami demam.
Pencegahan
Pencegahan malaria dilakukan dengan:
1. Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur memakai kelambu.
2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya.
Jenis-jenis Malaria
Nama Species
|
Nama penyakit
|
Sporulasi
|
Plasmodium falsifarum
|
Malaria tropika
|
1 – 2 x 24 jam
|
Plasmodium vivac
|
Malaria tertian
|
2 x 24 jam
|
Plasmodium malariae
|
Malaria quartana
|
3 x 24 jam
|
2. Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
adalah protozoa berbentuk ovoid atau pyriformis dengan panjang 4-6
mikron dan lebar 2-3 mikron. Salah satu atau kedua ujungnya meruncing
atau membulat, merupakan parasit obligate intraseluler. Dengan pewarnaan
Giemsa atau Wright cytoplasma akan berwarna biru, sedangkan intinya
berwarna merah.
Toxoplasma gondii
adalah parasit pada manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot,
kambing, ternak dan merpati. Pada manusia menimbulkan penyakit
toxoplasmosis. Protozoa ini bisa terdapat bebas di dalam cairan tubuh
host atau berupa parasit intraseluler pada leukocyte mononuclear, sel
endothelial, sel parenchym atau sel jaringan lainnya. Reproduksinya
dengan jalan menbelah diri di dalam sel host. Bila jumlah sudah 30 atau
maksium 60, sel hostnya akan pecah dan masing-masing akan mencari sel
host yang baru untuk ditumpanginya.
Penularan
pada manusia tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kistanya yang berasal dari
penderita atau binatang yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi karena Toxoplasma gondii
adalah asymptomatis, sebagian kecil lagi menunjukkan gejala deman yang
tidak begitu tinggi, sakit kepala, sakit otot, pembengkakan kelenjar
lympha dan spleen. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan kematian
karena endocarditis atau encephalitis. Penyakit ini juga fatal bagi
penderita AIDS.
Toxoplasmosis
yang subklinis pada wanita hamil dapat menulari bayi yang sedang
dikandungnya sehingga terjadi cacat bawaan berupa kerusakan otak, buta
atau lahir mati.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample
dapat diambil dari biopsi kelenjar lympha yang membengkak untuk dilihat
dengan mikroskop atau kultur jaringan dan dari darah untuk test
serologis.
Pencegahan
Meningkatkan
sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi (cuci tangan sebelum makan).
Makanan, terutama daging harus di masak sampai matang. Khusus bagi
wanita hamil agar menghindari penularan, terutama dari kucing dan
kotorannya.
Proses Perkembangan Protozoa
1. Sporozoit
pada kelenjar ludah nyamuk sewaktu nyamuk mengisap darah akan masuk ke
tubuh manusia bersama dengan zat anticoagulant yang dikeluarkan oleh
nyamuk.
2. Sporozoit
mencari eritrosit dan masuk ke dalamnya yang kemudian memulai untuk
mengadakan perkembangan secara vegetatif, stadia perkembangannya disebut
Tropozoit.
3. Tropozoit berkembang menjaid spozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrozit baru dan akrogamet serta mikrogamet.
4. Merozoit
akan menjadi sporozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrosit
baru. Saat sporozoit masuk ke eritrosit sampai dengan masuk kembali ke
eritrosit baru disebut sporulasi.
5. Mikrogamet dan makrogamet akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk terbawa bersama dengan darah sewaktu nyamuk menghisapnya.
6. Mikrogamet dan makrogamet bertemu dan membentuk zygot dalam kelenjar ludah nyamuk dan kemudian menuju usus nyamuk.
7. Zygot menembus dinding usus dan berkembang menjadi ookinet.
8. Dalam jaringan usus ookinet berkembang dan membentuk spora.
9. Bentuk spora menghasilkan sporozoit baru yang kemudian akan menuju kelenjar ludah nyamuk.
Peranan Protozoa dalam Kehidupan Manusia
Pada umumnya bersifat merugikan manusia karena dapat menyebabkan penyakit ataupun merupakan predator bagi hewan lain.
BAB III
KESIMPULAN
Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa
merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae
dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat
dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara
algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya
berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat
mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Bentuk
dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya
relatif tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun
ukuran dan bentuknya berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki
beberapa persamaan. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
JENIS SISTEM
|
SISTEM PROTOZOA
|
Otot-rangka
|
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
|
Pencernaan
|
Protozoa
mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di kantung yang
disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.
|
Saraf
|
Protozoa
memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar
itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap
cahaya dan perubahan suhu.
|
Sirkulasi
|
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
|
Respirasi
|
Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui membran selnya.
|
Reproduksi
|
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
|
Ekskresi
|
Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan membuang air.
|
Simetri
|
Protozoa biasanya asimetris.
|
Warna
|
Protozoa umumnya berwarna pucat.
|
Protozoa
dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi
gamet). Reproduksi aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1
menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple fision) 1 (satu) menjadi
beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.
Kelompok
|
Reproduksi Aseksual
|
Reproduksi Seksual
|
Genus
|
Phylum: Sarcomatigopora
Subphylum: Sarcodina
|
Pembelahan biner
|
Fusi gamet
|
Amoeba Entamoeba
|
Subphylum: Mastigophora
|
Pembelahan biner
|
-
|
Trysopoma Giardia Trichomonas
|
Phylum: Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
|
Scizogony (pembelahan multiple)
|
Fusi gamet
|
Plasmodium Toxoplasma
|
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
|
Pembelahan transversal
|
konjugasi
|
Balantidium Paramaecium
|
Nama Species
|
Nama penyakit
|
Sporulasi
|
Plasmodium falsifarum
|
Malaria tropika
|
1 – 2 x 24 jam
|
Plasmodium vivac
|
Malaria tertiana
|
2 x 24 jam
|
Plasmodium malariae
|
Malaria quartana
|
3 x 24 jam
|